Runtuhnya Kemegahan Ibu Kota Kerajaan Majapahit usai Ditaklukan Sultan Demak

waktu baca 2 menit
Runtuhnya Kemegahan Ibu Kota Kerajaan Majapahit. Foto/Ilustrasi

komunica.id – Kerajaan Majapahit harus takluk oleh Kesultanan Demak, yang menjadi kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kerajaan Majapahit sendiri akhirnya takluk setelah tentara Demak pada tahun 1478 melakukan ekspansi dan serangan ke wilayah ibu kota kerajaan.

Konon pada serangan itu pusat Kerajaan Majapahit dan ibu kotanya tak mengalami kerusakan berarti. Bahkan tentara Demak yang berhasil menaklukkan Majapahit pun tak melakukan pembakaran ke pusat kerajaan dan merusak bangunan ibu kota.

Konon pusat kerajaan bahkan masih utuh dan tidak dirusak, apalagi dibumihanguskan oleh tentara Kesultanan Demak yang dikuasai oleh Raden Patah atau Jin Bun saat itu. Tetapi raja Majapahit kala itu Bhre Kertabhumi berhasil ditawan oleh Raden Patah dan dibawa ke Demak.

Sejarawan Prof. Slamet Muljana dalam bukunya “Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara” mengungkapkan, bahwa Kerajaan Majapahit dimasukkan sebagai negara bawahan Demak.

Kemudian diangkatlah menantu Raja Bhre Kertabhumi sebagai bupati yakni Dyah Ranawijaya Girindrawawrdhana. Nama itu tercantum pada parasasti Jiyu/Dukuhan Duku O.J.O. XCII-XCV. Sementara pada berita Tionghoa dari klenteng Sam Po Kong di Semarang.

Raja Majapahit itu disebut Pa Bu Ta La, memerintah pada tahun 1488. Sedangkan pada batu tulis Jiu, Dyah Ranawijaya Girindrawardhana memerintah pada tahun Saka 1408 atau tahun Masehi 1486.

Boleh dipastikan bahwa Pa Bu Ta La itu sama dengan Girindrawardhana. Majapahit tetap masih berdiri, tetapi sebagai negara bawahan Demak. Kerajaan Majapahit harus membayar pajak kepada negara Islam Demak. Girindrawardhana adalah ipar Jin Bun atau Raden Patah sendiri.

Jin Bun terlambat memutar haluan kehidupan rakyat Majapahit untuk diikutsertakan dalam pembangunan negara Islam Demak. Ia membiarkannya hidup terlantar. Ia tidak pandai mengambil simpati rakyat Majapahit yang memeluk agama Hindu-Jawa. Ia malah mencurigainya.

Jin Bun terlalu banyak menyandarkan kekuatannya kepada Tionghoa Islam atau bukan-Islam di kota-kota pelabuhan di sepanjang pantai laut Jawa. Dia lupa bahwa kaum tani bekas rakyat Majapahit merupakan kekuatan berguna untuk pembangunan dan pertahanan negara.

Cara berpikir Jin Bun sebenarnya mudah dipahami. Tidak lagi dapat disangkal bahwa Jin Bun memang pemuda yang sangat cerdas dan sangat berani. Apalagi, Jin Bun mempunyai penasihat dari Wali Songo terutama Sunan Ampel.

Sehingga dalam waktu tiga tahun, dia sanggup menyiapkan kekuatan yang mampu meruntuhkan Kerajaan Majapahit yang telah berusia 184 tahun dan pernah mengalami masa kegemilangan dan disegani oleh segenap negara di Nusantara.

Berita Terkini