Tribhuwana Tunggadewi, Perempuan Pertama Ratu Kerajaan Majapahit
Perempuan dalam pemerintahan ternyata sudah jauh sebelum Indonesia merdeka, bahkan sejak era kerajaan. Di masa Kerajaan Majapahit, ada salah satu raja merupakan perempuan yakni Tribhuwana Tunggadewi.
Raja Tribhuwana Tunggadewi berkuasa di Majapahit setelah Raja Jayanagara tewas oleh tabib istana, akibat pergolakan politik. Sosok Tribhuwana Tunggadewi sendiri merupakan anak perempuan pendiri Kerajaan Majapahit Raden Wijaya.
Tribhuwana Tunggadewi yang bergelar maharaja masih dalam bimbingan sang ibunya Gayatri Rajapatni. Hal ini dikisahkan pada Prasasti Genen II yang berangka tahun 1329 Masehi.
PP Muhammadiyah: Awal Ramadhan 1 Maret, Idulfitri 30 Maret 2025


Sejak era Tribhuwana Tunggadewi itulah di Kerajaan Majapahit bermunculan tokoh-tokoh dan pejabat dari kaum perempuan, yang memegang peranan penting.
Dikutip dari buku “Sandyakala di Timur Jawa 1042 – 1257 M : Kejayaan dan Keruntuhan Kerajaan Hindu dari Mataram Kuno II hingga Majapahit” tulisan Prasetya Ramadhan, yang mengisahkan bagaimana peran Gajah Mada saat pemerintahan Tribhuwana Tunggadewi.
Selain sebagai raja, Tribhuwana Tunggadewi juga sebagai salah satu Dewan Pertimbangan Agung. Pada prasasti Gajah Mada, anggota dewan ini disebut Bhatara Saptaprabhu, yang terdiri dari tujuh orang, termasuk di antaranya sang raja perempuan pertama Majapahit itu.
Tokoh perempuan di Majapahit juga konon banyak disebut sebagai penguasa. Prasasti Waringin Pitu dari 1369 Saka atau 1447 Masehi menyebut kerajaan daerah yang menjadi kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Dari 14 kerajaan daerah di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit juga dipimpin oleh para perempuan yakni, Jayawarddhani Jayeswari yang berkuasa di Daha, Dyah Wijayaduhita Wijayendudewi yang berkuasa di Jagaraga, Dyah Wijayakumura Rajasawarddhana menguasai Kahuripan.
Kemudian Dyah Suragharini Manggalawarddhani menguasai Tanjungpura, Pajang yang dikuasai oleh Dyah Sureswari, Dyah Sudharmmini Rajanandaneswari menguasai Kembang Jenar.
Berikutnya daerah Wengker yang dikuasai oleh Dyah Suryyawikrama Girisawarddhana, Kabalan yang dikuasai oleh Dyah Sawitri Mahamisi.
Selanjutnya, Dyah Suraprabhawa Singhawikramawarddhana menguasai Tumapel, Dyah Sripura Rajasawarddhanadewi penguasa Singhapura, Dyah Samarawijaya Wijayaparakrama menguasai Metahun, Dyah Pureswari Rajasawarddhanendudewi menguasai daerah Wirabhumi.
Dyah Wijayakrama Girindrawardhana menguasai Keling, dan Dyah Suyadita Kamalawarnnadewi menguasai Kalinggapura.
Penguasa daerah yang merupakan kerabat dekat raja banyak yang masih berhubungan sebagai saudara sepupu. Di antara mereka ada juga yang terikat perkawinan. Sementara khusus kerajaan daerah Lasem, wilayah ini didominasi oleh penguasa perempuan.
Daerah ini melingkupi bagian utara Kerajaan Majapahit dan sebelah barat negara daerah Matahun, yaitu daerah Lasem sekarang. Bahkan menurut Negarakertagama dan Pararaton semua penguasa Lasem adalah perempuan.
Beberapa di antaranya bergelar Bhre Lasem, Sri Rajasadhitedudewi sebagai Bhre Lasem I, adik perempuan Hayam Wuruk. Kusumawardhani sebagai Bhre Lasem II yang dalam Pararaton dusebur Bhre Lasem sang ayu atau Bhre Lasem yang cantik.
Nagarawarddhani sebagai Bhre Lasem III yang dikenal dengan Bhre Lasem sang alemu atau Bhre Lasem yang gemuk. Selanjutnya yang disebut sebagai Bhre Lasem adalah putri Bhre Wirabhumi, sedangkan Bhre Lasem terakhir adalah putri Bhre Pandan Salas, yang diperistri Bhre Tumapel.
Baca Lainnya
PP Muhammadiyah: Awal Ramadhan 1 Maret, Idulfitri 30 Maret 2025

Kasus Korupsi Fasos-Fasum, Belasan Pejabat Kabupaten Bekasi Diperiksa Kejati Jabar

Berita Terkini
Deklarasi Resmi Pasanganan BERANI Sebagai Calon Bupati dan Wakil Bupati Bekasi 2024-2029

Organisasi Pemuda Pertama dan Cikal Bakal Gerakan Nasional

Kisah Heroik Jenderal SBY Selamatkan Pimpinan Falintil dalam Operasi Seroja

5 Bangunan Bersejarah di Bekasi, Nomor Buncit Monumen Saksi Pembantaian 90 Tentara Jepang

Jenderal Soemitro, Tentara Ramalan Boneka Jailangkung Jadi Kesayangan Presiden Soeharto

Sejarah Gatot Subroto, Jenderal Pemberani yang Ganti Panggilan Nama Militer Presiden Soeharto Jadi Monyet

TNI Ubah Istilah KKB Jadi OPM, Ini Perbedaannya

Arus Balik Lebaran 2024, 186.136 Kendaraan Masuk Jakarta

Misteri Bisikan Hyang Sadabu Picu Moksanya Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran Masuk Islam?

Pusaka Kiai Gundil, Baju Perang Sunan Kalijaga yang Bikin Tubuh Kebal

Kesaktian Tongkat Sunan Bonang Ubah Buah Aren Jadi Bongkahan Emas

Ini Besaran Zakat Fitrah 1445 Hijriah di Kabupaten Bekasi

Cerita Patih Gajah Mada Intervensi Kepemimpinan Raja Majapahit Hayam Wuruk

Kisah Peramal Legendaris dari Kerajaan Kediri yang Dipercaya Jelmaan Dewa

KPU Lampung: 74 Petugas Pemilu 2024 Sakit, 7 Meninggal Dunia

Kisah Sultan Demak Bebaskan Rakyat Tionghoa di Kelenteng Sam Po Kong

Gawat! KPU Galau Soal Pelaksanaan Pilkada di Kabupaten Bekasi, Digelar November atau September?

Respons Ganjar Soal Ahok Jadi Kuda Putih Jokowi di Kubu 03: Jangan Berasumsi, Dia Teman Saya!

Besok, Gugatan Almas Soal Kasus Wanprestasi Cawapres 02 Gibran Disidangkan di PN Solo

Kisah Romantis Kertawardhana Menang Sayembara Nikahi Ratu Majapahit Tribhuwana Tunggadewi

Letusan Gunung Merapi Bikin Karya Sastra Mataram Kuno Hilang Ditelan Bumi

KPU Petakan TPS Rawan Banjir di Kabupaten Bekasi, Mana Saja?

Jimat Kiai Bajulgiling, Pusaka Sakti Jaka Tingkir dari Kulit Buaya dan Magma Gunung Merapi

PP Muhammadiyah: Awal Ramadhan 1 Maret, Idulfitri 30 Maret 2025

Kasus Korupsi Fasos-Fasum, Belasan Pejabat Kabupaten Bekasi Diperiksa Kejati Jabar

Cerita Keberanian Jenderal Intelijen Minta Soeharto Mundur dari Kursi Presiden Indonesia

Berita Terkait
PP Muhammadiyah: Awal Ramadhan 1 Maret, Idulfitri 30 Maret 2025

Kasus Korupsi Fasos-Fasum, Belasan Pejabat Kabupaten Bekasi Diperiksa Kejati Jabar
