Kisah Kedatangan Etnis Tionghoa Masuk Nusantara Era Kerajaan Sriwijaya

waktu baca 3 menit
Ilustrasi etnis Tionghoa. Foto/Istimewa

ETNIS Tionghoa telah menjadi bagian tak terpisahkan dari keberagaman etnis, suku, budaya, dan agama di Indonesia. Keberadaan mereka secara resmi diakui sejak era pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). 

Namun, jejak kedatangan etnis Tionghoa di Nusantara sudah terjadi jauh sebelum itu, bahkan sejak zaman kerajaan kuno di wilayah ini. Sejarah mencatat bahwa etnis Tionghoa pertama kali datang ke Nusantara melalui para pendeta Buddhamelakukan perjalanan ke Sriwijaya. 

Salah satu yang pertama adalah Fa-hien, seorang pendeta Tionghoa yang mengunjungi Pulau Jawa dalam perjalanannya ke India antara tahun 399 hingga 414 Masehi. 

Perjalanan Fa-hien ini terdokumentasi dalam bukunya, Fahueku, yang juga dikutip dalam buku “Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara” karya Prof. Slamet Muljana.

Seratus tahun kemudian, pada tahun 518, pendeta Sunyun dan Hwui-ing juga melakukan perjalanan dari Tiongkok ke India, meskipun catatan mereka tidak terlalu panjang. 

Selanjutnya, pada tahun 671, pendeta I-tsing melakukan perjalanan dari Kanton ke Nalanda, India, dengan singgah di Sriwijaya. I-tsing menghabiskan 25 tahun dalam pengembaraannya sebelum kembali ke Kwang-tung pada tahun 695 Masehi. 

Pada masa ini, hubungan pelayaran antara Tiongkok dan Nusantara sudah cukup teratur, meskipun belum ada bukti keberadaan komunitas Tionghoa yang menetap di wilayah Sriwijaya.

Setelah abad ke-8, jumlah pedagang Tionghoa yang datang ke Nusantara semakin meningkat. 

Hal ini dipengaruhi oleh perubahan kebijakan perdagangan di Tiongkok, yang mendorong para pedagangnya untuk berdagang ke wilayah selatan, termasuk Sriwijaya dan pelabuhan-pelabuhan Melayu. 

Pada masa itu, Tiongkok mulai menjadi negara penghasil teh, serta mengekspor porselen, yang membuat banyak pedagang Tionghoa berlayar ke berbagai wilayah, termasuk Nusantara.

Ekspedisi Laksamana Cheng Ho

Puncak kedatangan etnis Tionghoa ke Nusantara terjadi pada abad ke-15, dengan ekspedisi besar yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho. Pada 1405, di bawah perintah Kaisar Yung-lo dari Dinasti Ming, Cheng Ho memimpin ekspedisi maritim yang singgah di berbagai tempat, termasuk di Samudera Pasai. 

Di sana, ia bertemu dengan Sultan Zainal Abidin Bahian Syah, yang kemudian mempererat hubungan dagang dan politik antara Tiongkok dan Nusantara. Seiring waktu, banyak pedagang Tionghoa yang tidak hanya berdagang tetapi juga menetap di Nusantara. 

Mereka menikah dengan penduduk setempat, yang kemudian melahirkan generasi peranakan Tionghoa. Hal ini memperkaya budaya Nusantara, terlihat dalam berbagai aspek seperti kuliner, arsitektur, dan seni tradisional yang masih bertahan hingga kini.

Kisah panjang masuknya etnis Tionghoa ke Nusantara menunjukkan bagaimana perdagangan, politik, dan interaksi sosial telah membentuk keberagaman di Indonesia. 

Dari masa Sriwijaya hingga era kolonial dan modern, etnis Tionghoa telah berkontribusi dalam membangun peradaban Nusantara, menjadikannya sebagai bagian integral dari sejarah bangsa ini.

Berita Terkini