Kisah Kedatangan Etnis Tionghoa Masuk Nusantara Era Kerajaan Sriwijaya
ETNIS Tionghoa telah menjadi bagian tak terpisahkan dari keberagaman etnis, suku, budaya, dan agama di Indonesia. Keberadaan mereka secara resmi diakui sejak era pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Namun, jejak kedatangan etnis Tionghoa di Nusantara sudah terjadi jauh sebelum itu, bahkan sejak zaman kerajaan kuno di wilayah ini. Sejarah mencatat bahwa etnis Tionghoa pertama kali datang ke Nusantara melalui para pendeta Buddhamelakukan perjalanan ke Sriwijaya.
Salah satu yang pertama adalah Fa-hien, seorang pendeta Tionghoa yang mengunjungi Pulau Jawa dalam perjalanannya ke India antara tahun 399 hingga 414 Masehi.
PP Muhammadiyah: Awal Ramadhan 1 Maret, Idulfitri 30 Maret 2025


Perjalanan Fa-hien ini terdokumentasi dalam bukunya, Fahueku, yang juga dikutip dalam buku “Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara” karya Prof. Slamet Muljana.
Seratus tahun kemudian, pada tahun 518, pendeta Sunyun dan Hwui-ing juga melakukan perjalanan dari Tiongkok ke India, meskipun catatan mereka tidak terlalu panjang.
Selanjutnya, pada tahun 671, pendeta I-tsing melakukan perjalanan dari Kanton ke Nalanda, India, dengan singgah di Sriwijaya. I-tsing menghabiskan 25 tahun dalam pengembaraannya sebelum kembali ke Kwang-tung pada tahun 695 Masehi.
Pada masa ini, hubungan pelayaran antara Tiongkok dan Nusantara sudah cukup teratur, meskipun belum ada bukti keberadaan komunitas Tionghoa yang menetap di wilayah Sriwijaya.
Setelah abad ke-8, jumlah pedagang Tionghoa yang datang ke Nusantara semakin meningkat.
Hal ini dipengaruhi oleh perubahan kebijakan perdagangan di Tiongkok, yang mendorong para pedagangnya untuk berdagang ke wilayah selatan, termasuk Sriwijaya dan pelabuhan-pelabuhan Melayu.
Pada masa itu, Tiongkok mulai menjadi negara penghasil teh, serta mengekspor porselen, yang membuat banyak pedagang Tionghoa berlayar ke berbagai wilayah, termasuk Nusantara.
Ekspedisi Laksamana Cheng Ho
Puncak kedatangan etnis Tionghoa ke Nusantara terjadi pada abad ke-15, dengan ekspedisi besar yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho. Pada 1405, di bawah perintah Kaisar Yung-lo dari Dinasti Ming, Cheng Ho memimpin ekspedisi maritim yang singgah di berbagai tempat, termasuk di Samudera Pasai.
Di sana, ia bertemu dengan Sultan Zainal Abidin Bahian Syah, yang kemudian mempererat hubungan dagang dan politik antara Tiongkok dan Nusantara. Seiring waktu, banyak pedagang Tionghoa yang tidak hanya berdagang tetapi juga menetap di Nusantara.
Mereka menikah dengan penduduk setempat, yang kemudian melahirkan generasi peranakan Tionghoa. Hal ini memperkaya budaya Nusantara, terlihat dalam berbagai aspek seperti kuliner, arsitektur, dan seni tradisional yang masih bertahan hingga kini.
Kisah panjang masuknya etnis Tionghoa ke Nusantara menunjukkan bagaimana perdagangan, politik, dan interaksi sosial telah membentuk keberagaman di Indonesia.
Dari masa Sriwijaya hingga era kolonial dan modern, etnis Tionghoa telah berkontribusi dalam membangun peradaban Nusantara, menjadikannya sebagai bagian integral dari sejarah bangsa ini.



Baca Lainnya
PP Muhammadiyah: Awal Ramadhan 1 Maret, Idulfitri 30 Maret 2025

Kasus Korupsi Fasos-Fasum, Belasan Pejabat Kabupaten Bekasi Diperiksa Kejati Jabar

Berita Terkini
Deklarasi Resmi Pasanganan BERANI Sebagai Calon Bupati dan Wakil Bupati Bekasi 2024-2029

Organisasi Pemuda Pertama dan Cikal Bakal Gerakan Nasional

Kisah Heroik Jenderal SBY Selamatkan Pimpinan Falintil dalam Operasi Seroja

5 Bangunan Bersejarah di Bekasi, Nomor Buncit Monumen Saksi Pembantaian 90 Tentara Jepang

Jenderal Soemitro, Tentara Ramalan Boneka Jailangkung Jadi Kesayangan Presiden Soeharto

Sejarah Gatot Subroto, Jenderal Pemberani yang Ganti Panggilan Nama Militer Presiden Soeharto Jadi Monyet

TNI Ubah Istilah KKB Jadi OPM, Ini Perbedaannya

Arus Balik Lebaran 2024, 186.136 Kendaraan Masuk Jakarta

Misteri Bisikan Hyang Sadabu Picu Moksanya Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran Masuk Islam?

Pusaka Kiai Gundil, Baju Perang Sunan Kalijaga yang Bikin Tubuh Kebal

Kesaktian Tongkat Sunan Bonang Ubah Buah Aren Jadi Bongkahan Emas

Ini Besaran Zakat Fitrah 1445 Hijriah di Kabupaten Bekasi

Cerita Patih Gajah Mada Intervensi Kepemimpinan Raja Majapahit Hayam Wuruk

Kisah Peramal Legendaris dari Kerajaan Kediri yang Dipercaya Jelmaan Dewa

KPU Lampung: 74 Petugas Pemilu 2024 Sakit, 7 Meninggal Dunia

Kisah Sultan Demak Bebaskan Rakyat Tionghoa di Kelenteng Sam Po Kong

Gawat! KPU Galau Soal Pelaksanaan Pilkada di Kabupaten Bekasi, Digelar November atau September?

Respons Ganjar Soal Ahok Jadi Kuda Putih Jokowi di Kubu 03: Jangan Berasumsi, Dia Teman Saya!

Besok, Gugatan Almas Soal Kasus Wanprestasi Cawapres 02 Gibran Disidangkan di PN Solo

Kisah Romantis Kertawardhana Menang Sayembara Nikahi Ratu Majapahit Tribhuwana Tunggadewi

Letusan Gunung Merapi Bikin Karya Sastra Mataram Kuno Hilang Ditelan Bumi

KPU Petakan TPS Rawan Banjir di Kabupaten Bekasi, Mana Saja?

Jimat Kiai Bajulgiling, Pusaka Sakti Jaka Tingkir dari Kulit Buaya dan Magma Gunung Merapi

PP Muhammadiyah: Awal Ramadhan 1 Maret, Idulfitri 30 Maret 2025

Kasus Korupsi Fasos-Fasum, Belasan Pejabat Kabupaten Bekasi Diperiksa Kejati Jabar

Cerita Keberanian Jenderal Intelijen Minta Soeharto Mundur dari Kursi Presiden Indonesia

Berita Terkait
PP Muhammadiyah: Awal Ramadhan 1 Maret, Idulfitri 30 Maret 2025

Kasus Korupsi Fasos-Fasum, Belasan Pejabat Kabupaten Bekasi Diperiksa Kejati Jabar
