Asal-usul Nama Bekasi, Warisan Kuno dari Sejarah Kebudayaan Kerajaan Tarumanagara

waktu baca 3 menit
Ilustrasi Kerajaan Tarumanagara di tanah Bekasi. Foto/Istimewa

BERADA di timur Jakarta, Bekasi kini dikenal sebagai kota padat penduduk dalam kawasan megapolitan Jabodetabek. Meski begitu, tak banyak yang tahu bahwa daerah ini menyimpan jejak sejarah panjang yang mengakar sejak masa kejayaan Kerajaan Tarumanagara.

Secara administratif, Bekasi berada di Provinsi Jawa Barat. Jaraknya sekitar 140 kilometer dari Bandung dan hanya 18 kilometer dari pusat ibu kota negara, Jakarta. Kini, kota ini dihuni oleh masyarakat dari beragam latar belakang, mencerminkan dinamika urban modern. 

Namun sejarah mencatat, Bekasi telah eksis sejak lebih dari 1.500 tahun silam. Sebagaimana jejak temuan sejarah dari Kerajaaan Tarumanagara dalam Prasasti Tugu yang ditemukan di beberapa tempat di Jawa Barat.

Jejak Tarumanagara dalam Prasasti Tugu

Wilayah Bekasi diyakini menjadi bagian penting dari Kerajaan Tarumanagara—kerajaan Hindu tertua di Jawa Barat yang berjaya antara abad ke-5 hingga abad ke-7 Masehi. Bukti sejarah muncul dari Prasasti Tugu yang ditemukan di Jakarta Utara.

Prasasti itu memuat kisah penggalian Sungai Chandrabaga, sungai purba yang kini dikenal sebagai Kali Bekasi. Sungai ini bersumber dari pertemuan Sungai Cikeas dan Cileungsi di Kabupaten Bogor. 

Dalam prasasti tersebut, Raja Purnawarman—penguasa Tarumanagara yang terkenal—disebut menggali saluran air yang menghubungkan Chandrabaga dengan laut Jawa. Proyek ini berlangsung selama 20 hari dan menjadi simbol kejayaan serta kemampuan teknologi pengairan kerajaan saat itu.

Dari Chandrabhaga Menjadi Bekasi

Nama “Bekasi” diyakini berasal dari kata Chandrabhaga, nama asli dari sungai tersebut dalam bahasa Sanskerta. Dalam perkembangan lidah lokal dan pengaruh budaya Sunda, Chandrabhaga diubah menjadi Bhagasasi atau Bhagasi, yang kemudian ditulis dalam ejaan Belanda sebagai Bacassie. 

Seiring waktu, nama tersebut berubah menjadi Bekasi. Menurut jurnal Patanjala dan pendapat ahli bahasa kuno Poerbatjaraka, Chandra berarti bulan dan Bhaga berarti bagian. Maka, Chandrabhaga dapat dimaknai sebagai “bagian dari bulan”. 

Menariknya, dalam Kamus Basa Sunda, ‘Bhaga’ juga bisa berarti kebahagiaan, memberi nuansa makna lain pada nama Bekasi.

Dari Distrik ke Kota Modern

Pada masa kolonial Belanda, Bekasi merupakan salah satu distrik dalam wilayah Meester Cornelis. Berdasarkan Staatsblad 1925, Distrik Bekasi memiliki tiga onderdistrik yang kemudian terbagi lagi dalam kampung-kampung sebagai unit administratif terkecil.

Masa pendudukan Jepang membawa perubahan nomenklatur, termasuk mengganti nama distrik menjadi “Bekasi Gun”, yang membawahi tiga Son (kecamatan) dan lima belas kampung adat. Pemimpin Bekasi Gun adalah Rukadi sebagai Guntyo, dengan struktur pemerintahan seluruhnya dijabat orang Indonesia.

Pasca-kemerdekaan, Bekasi menjadi bagian dari Kabupaten Bekasi. Tahun 1982, Kecamatan Bekasi resmi naik status menjadi Kota Administratif Bekasi, yang mencakup empat kecamatan: Bekasi Selatan, Bekasi Barat, Bekasi Timur, dan Bekasi Utara. 

Pada 1996, statusnya kembali ditingkatkan menjadi Kotamadya dan kini dikenal sebagai Kota Bekasi. Kini, wilayah Bekasi terbagi menjadi dua entitas pemerintahan: Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi. Kini, Kota Bekasi punya 12 Kecamatan dan Kabupaten Bekasi 23 Kecamatan.

Keduanya berkembang pesat sebagai pusat ekonomi, industri, dan hunian, namun tetap membawa warisan sejarah yang mengakar pada masa kejayaan kerajaan besar yang pernah berdiri di tanah Provinsi Jawa Barat ini.

Berita Terkini