Cerita Keberanian Jenderal Intelijen Minta Soeharto Mundur dari Kursi Presiden Indonesia
PADA tahun 1988, Indonesia berada di bawah bayang-bayang kekuasaan Presiden Soeharto yang telah berlangsung lebih dari dua dekade. Dalam situasi politik dikendalikan secara ketat oleh pemerintah, ada satu sosok jenderal intelijen yang berani mengambil langkah tak terduga.
Dia adalah Jenderal Yoga Sugama, Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin) dan Kepala Staf Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kaskopkamtib).
Sebagai seorang jenderal intelijen yang telah lama berada dalam lingkaran kekuasaan, Yoga Sugama bukanlah sosok yang asing bagi Soeharto.
PP Muhammadiyah: Awal Ramadhan 1 Maret, Idulfitri 30 Maret 2025


Kedekatannya dengan sang Presiden bermula sejak keduanya berada di Kodam Diponegoro, yang pada akhirnya membuat Yoga memahami dinamika politik serta karakter kepemimpinan Soeharto dengan sangat baik.
Ketika Soeharto berencana mencalonkan diri kembali dalam Pemilu 1988, Yoga mulai merasa bahwa sudah saatnya bagi Soeharto untuk mundur. Bukan karena ketidaksetiaan, melainkan karena kepeduliannya terhadap masa depan bangsa dan citra Soeharto sendiri.
Menurut Yoga, masa keemasan Soeharto telah berlalu dan ia seharusnya pensiun dengan kehormatan sebelum kekuasaannya runtuh secara tragis. Selain faktor usia yang telah mencapai 67 tahun, Yoga juga melihat semakin mengguritanya bisnis keluarga dan anak-anak Soeharto.
Ia khawatir bahwa hal ini bisa menjadi titik lemah yang pada akhirnya akan dimanfaatkan oleh lawan-lawan politik Soeharto untuk menggulingkannya di masa depan. Dalam pertemuan kecil di Jalan Cendana, Jakarta Pusat, Yoga menyampaikan pemikirannya kepada Soeharto.
Pertemuan tersebut dihadiri oleh beberapa tokoh penting, termasuk Benny Moerdani dan Sudharmono. Yoga dengan penuh keberanian meminta agar Soeharto tidak mencalonkan diri kembali sebagai Presiden RI.
Permintaan itu sontak membuat suasana tegang. Soeharto, yang terkenal dengan keteguhan hatinya dalam mempertahankan kekuasaan, tidak terima dengan usulan tersebut. Perdebatan pun terjadi antara Yoga dan Soeharto, sementara para hadirin lainnya memilih untuk menyimak.
Di tengah ketegangan tersebut, Ibu Tien Soeharto yang kebetulan melintas di ruang pertemuan memperhatikan situasi dengan seksama. Diam-diam, ia memberikan isyarat persetujuan terhadap pendapat Yoga.
Namun, dukungan dari Ibu Tien pun tidak cukup untuk menggoyahkan tekad Soeharto. Pada akhirnya, ia tetap maju dalam Pemilu 1988 dan kembali memenangkan jabatan presiden untuk periode berikutnya.
Meskipun sempat bersitegang dengan Soeharto, Yoga Sugama tetap berada di lingkaran pemerintahan hingga tahun 1989. Ia terus menjalankan tugasnya sebagai seorang pejabat intelijen, tetapi tetap menyimpan kekhawatiran atas masa depan Indonesia di bawah kekuasaan Orde Baru.
Satu dekade berselang, apa yang dikhawatirkan Yoga akhirnya menjadi kenyataan. Pada tahun 1998, krisis ekonomi melanda Indonesia, diikuti dengan gelombang reformasi yang dipimpin oleh mahasiswa.
Demonstrasi besar-besaran mengguncang Jakarta dan kota-kota lainnya, menuntut Soeharto turun dari jabatannya. Akhirnya, pada 21 Mei 1998, Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya setelah 32 tahun berkuasa.
Yoga, yang pada saat itu sudah tidak lagi menjabat dalam pemerintahan, hanya bisa menyaksikan bagaimana prediksinya menjadi kenyataan. Ia selalu menginginkan agar Soeharto mengakhiri pemerintahannya dengan cara yang terhormat, bukan dipaksa turun oleh rakyatnya sendiri.
Sayangnya, kenyataan berkata lain. Keberanian Yoga Sugama untuk berbicara kepada Soeharto tentang akhir kepemimpinannya menjadi salah satu momen bersejarah yang menunjukkan bahwa tidak semua orang di lingkaran dalam Orde Baru hanya mengikuti arus.
Ada yang berani bersuara, meski taruhannya besar. Namun, sejarah mencatat bahwa reformasi lah yang akhirnya menutup babak panjang kepemimpinan Soeharto, bukan nasihat seorang jenderal yang setia.
Baca Lainnya
PP Muhammadiyah: Awal Ramadhan 1 Maret, Idulfitri 30 Maret 2025

Kasus Korupsi Fasos-Fasum, Belasan Pejabat Kabupaten Bekasi Diperiksa Kejati Jabar

Berita Terkini
Deklarasi Resmi Pasanganan BERANI Sebagai Calon Bupati dan Wakil Bupati Bekasi 2024-2029

Organisasi Pemuda Pertama dan Cikal Bakal Gerakan Nasional

Kisah Heroik Jenderal SBY Selamatkan Pimpinan Falintil dalam Operasi Seroja

5 Bangunan Bersejarah di Bekasi, Nomor Buncit Monumen Saksi Pembantaian 90 Tentara Jepang

Jenderal Soemitro, Tentara Ramalan Boneka Jailangkung Jadi Kesayangan Presiden Soeharto

Sejarah Gatot Subroto, Jenderal Pemberani yang Ganti Panggilan Nama Militer Presiden Soeharto Jadi Monyet

TNI Ubah Istilah KKB Jadi OPM, Ini Perbedaannya

Arus Balik Lebaran 2024, 186.136 Kendaraan Masuk Jakarta

Misteri Bisikan Hyang Sadabu Picu Moksanya Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran Masuk Islam?

Pusaka Kiai Gundil, Baju Perang Sunan Kalijaga yang Bikin Tubuh Kebal

Kesaktian Tongkat Sunan Bonang Ubah Buah Aren Jadi Bongkahan Emas

Ini Besaran Zakat Fitrah 1445 Hijriah di Kabupaten Bekasi

Cerita Patih Gajah Mada Intervensi Kepemimpinan Raja Majapahit Hayam Wuruk

Kisah Peramal Legendaris dari Kerajaan Kediri yang Dipercaya Jelmaan Dewa

KPU Lampung: 74 Petugas Pemilu 2024 Sakit, 7 Meninggal Dunia

Kisah Sultan Demak Bebaskan Rakyat Tionghoa di Kelenteng Sam Po Kong

Gawat! KPU Galau Soal Pelaksanaan Pilkada di Kabupaten Bekasi, Digelar November atau September?

Respons Ganjar Soal Ahok Jadi Kuda Putih Jokowi di Kubu 03: Jangan Berasumsi, Dia Teman Saya!

Besok, Gugatan Almas Soal Kasus Wanprestasi Cawapres 02 Gibran Disidangkan di PN Solo

Kisah Romantis Kertawardhana Menang Sayembara Nikahi Ratu Majapahit Tribhuwana Tunggadewi

Letusan Gunung Merapi Bikin Karya Sastra Mataram Kuno Hilang Ditelan Bumi

KPU Petakan TPS Rawan Banjir di Kabupaten Bekasi, Mana Saja?

Jimat Kiai Bajulgiling, Pusaka Sakti Jaka Tingkir dari Kulit Buaya dan Magma Gunung Merapi

PP Muhammadiyah: Awal Ramadhan 1 Maret, Idulfitri 30 Maret 2025

Kasus Korupsi Fasos-Fasum, Belasan Pejabat Kabupaten Bekasi Diperiksa Kejati Jabar

Berita Terkait
PP Muhammadiyah: Awal Ramadhan 1 Maret, Idulfitri 30 Maret 2025

Kasus Korupsi Fasos-Fasum, Belasan Pejabat Kabupaten Bekasi Diperiksa Kejati Jabar
