Kisah Epik Prabu Siliwangi Terima Gelar Diwastu dari Kerajaan Pajajaran

waktu baca 2 menit
Ilustrasi Raja Pajajaran Prabu Siliwangi. Foto/Istimewa

KERAJAAN Pajajaran di bawah Prabu Siliwangi mencapai puncak kejayaannya. Sebagai seorang raja yang dikenal bijaksana dan berwibawa, Prabu Siliwangi membawa perubahan besar di wilayah barat Pulau Jawa, menjadikan Pajajaran sebagai pusat peradaban yang megah.

Namun, ada kisah lain yang jarang terungkap. Sri Baduga Maharaja, nama asli Prabu Siliwangi, bukan hanya sekadar penguasa yang membangun infrastruktur dan memperluas kota Pakuan. Konon, dua kali gelar Diwastu yang ia terima.

Bukan hanya karena keberhasilannya dalam pembangunan fisik, tetapi juga karena ia dipercaya sebagai pemimpin yang mampu menjaga keseimbangan antara dunia nyata dan dunia gaib.

Menurut Carita Purwaka Caruban Nagari, manuskrip yang diselesaikan pada 1720 M, Prabu Siliwangi tidak hanya membangun jalan dan hutan lindung, tetapi juga membangun ikatan spiritual dengan para leluhur Sunda. 

Dikisahkan bahwa ia mendapatkan gelar Diwastu pertama setelah berhasil menguasai ilmu kasantikan—sebuah ilmu yang menjadikannya sosok raja yang dihormati bukan hanya oleh rakyat, tetapi juga oleh makhluk-makhluk halus yang diyakini turut menjaga Pajajaran.

Gelar Diwastu kedua diberikan ketika ia mampu menciptakan keseimbangan antara adat Sunda lama dan tatanan baru yang mulai masuk ke wilayah Pajajaran. Fenomena ini mirip dengan kisah Raja Brawijaya di Tanah Jawa Timur, yang berada di masa transisi antara Majapahit dan Demak. 

Prabu Siliwangi menjadi simbol peralihan zaman di tanah Sunda, bukan hanya sebagai pemimpin duniawi, tetapi juga sebagai penjaga warisan spiritual dan budaya Sunda. 

Legenda lain menyebutkan bahwa di malam penobatannya yang kedua, Prabu Siliwangi bermeditasi di Telaga Warena Mahawijaya. Konon, air telaga itu beriak tenang meski angin bertiup kencang. 

Para resi yang menyaksikan percaya bahwa itu adalah pertanda bahwa sang raja telah mendapatkan restu dari para leluhur untuk melanjutkan takdirnya sebagai pemimpin besar. 

Dengan dua kali Diwastu, ia tidak hanya menjadi raja besar Pajajaran, tetapi juga sosok mistis yang abadi dalam ingatan masyarakat Sunda.

Berita Terkini